Sabtu, 24 September 2016

PAMS BWI 2016

Tahun 2016, masih menjadi tahun kegiatan PAMS BWI (Program Akselerasi Mutu Sekolah Berwawasan Internasional) untuk sekolah-sekolah yang telah menjadi sekolah sasaran program tersebut. Meski bukan menjadi sasaran tembak dari program tersebut, saya selaku anak bawang (Hiihihi..) selalu di ikutkan dalam kegiatan tersebut, hal itu bukan karena saya memiliki kualifikasi dalam program tersebut, akan tetapi lebih kepada tidak adanya tukang masangin kabel (cocolok) sama masangin LCD projektor, eheheh,....

Dalam program PAMS ini saya berperan di bidang pengelola website sekolah (hanya pengelola ya,.. hihi bukan pembuat, apalagi yang mendisain), beberapa sekolah yang sama-sama ikut serta dalam program ini memang menyiapkan orang-orang seperti saya, tetapi mereka jelas lebih pakar dan paham akan pekerjaan itu.

Dalam keterbatasan ilmu, dengan berusaha sekuat tenaga, hihiiii,..saya mencoba menerjemahkan beberapa "tagihan" yang menjadi konsekuensi peserta atau sekolah sasaran PAMS tersebut, diantaranya menyiapkan dan mengelola website sekolah sebagai indikator bahwa sekolah siap eksis dan mendukung kegiatan yang dimaksud. Tidak hanya sebatas menyiapkan, bahkan saya dituntut menyusun strategi agar maksud dan tujuan dalam program tersebut tercapai serta menghasilkan manfaat terutama bagi sekolah sasaran PAMS BWI.

E-learning adalah masalah utama yang saya hadapi. Dalam pendampingan awal program ini memang semua sekolah sepakat dan siap dengan fitur e-learning ini, yakni siap untuk dimunculkan dalam tahapan pengembangan program di tahun ketiga. Namun setelah kegiatan ini berjalan dengan rencana, ternyata apa yang saya bayangkan tidak semudah yang diharapkan (ingin hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai) hihhiii,... ternyata program e-learning tersebut "mentok" saudara-saudara, lantaran apa mentok?, karena eh.... karena, sumber daya kurang mendukung.

Peralatan, faktor ekonomi, fitur aplikasi, waktu, dan koneksi (jaringan) menjadi beberapa masalah yang timbul menyertai keberlangsungan program tersebut. Setelah berdiskusi dengan para stakeholder, maka kita sepakat yang semula aplikasi edmudo kita gunakan, beralih kepada blog. Meski secara teknis blog belum sepenuhnya memiliki peranan maksimal dalam kegiatan e-learning, akan tetapi ini cukup mewakili solusi dari beberapa keterbatasan yang kami miliki.

Kegiatan Pelatihan Web Blog bagi Guru-guru
Idealnya, semua siswa memiliki acount tersendiri dan guru memiliki acount tersendiri pula, kemudian siswa memiliki gadget yang dapat digunakan untuk berinteraksi dalam kegiatan e-learning, tetapi keterbatasan website "seribu umat" (CMS Balitbang) yang kami miliki belum sepenuhnya dapat memfasilitasi kegiatan tersebut, terlebih ada hal yang cukup menjadi masalah bagi kami yaitu kemampuan siswa dan peralatan yang kurang mendukung. Dari survei yang dilaksanakan, hanya ada kurang dari 20% siswa yang memiliki gadget dalam mendukung kegiatan e-learning.

Solusi yang paling mendekati ketercapaian indikator kerja kunci tambahan adalah guru memiliki blog, dan siswa dapat mengakses program pembelajaran, tugas, serta materi pembelajaran dalam blog guru tersebut, dengan interaksi selanjutnya dapat dilaksanakan secara offline. Sehingga dengan demikian, ketertarikan guru terhadap dunia IT bertambah, budaya transformasi informasi secara digital semakin berkembang, siswa dan guru melek IT, wawasan internasional semakin mungkin untuk dicapai.

Dari hasil pelatihan, antara pembuatan edmudo dengan pembuatan blog, ternyata pembuatan blog lebih disenangi dan di apresiasi oleh guru-guru, hal itu terlihat dari hasil kepemilikan alamat blog dalam dua hari setelah pelatihan sudah 70% guru memiliki blog dan 30% diantaranya sudah terisi dengan berbagai rubrik, baik itu materi, RPP, tugas, dan bahkan penilaian.

Klik Disini untuk melihat beberapa alamat blog guru hasil pelatihan yang saya bimbing di SMP Negeri 1 Cugenang.

Kegiatan Pendampingan Ke-2 PAMS BWI Tahun 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar